Rabu, 06 Oktober 2010

Popeye Baina al Himmah Wa al Mahabbah

IFTITAH

KHUTBAH PUISI

TERIAKLAH POPEYE


KHUTBAH PUISI

Bismillah

Kuterjang ombak

Bismillah

Kapalku bergerak

Bismillah

Dalam kata indah berserak

Alhamdulillah

Atas hamparan/laut terkabut isyarah

Ibrah kinayah

Mawdzoh dalam seni tawriyah

Sholawat salam untuk rosulillah

Muhammad putra abdillah

Penyingkap kelam

Rembulan malam

Pemutih hitam

Nakhoda islam

Waba’du…..

Ilmu laksana lautan

Luas tak bertepian

Pesantren bagai

Kapal kapal

Mengapung atau menyelam

Adakah kapal berjalan diatas aspal….

Para pencari ilmu kusebut pelaut

Berlayar diatas kapal kapal

Dibimbing guru sang nakhoda kapal

Satu nama dari animasi

Tokoh fiksi penuh aksi

Menghampiri imajinasi

Mengajakku berekspresi

Popeye sipelaut…..

Itulah teriak khasnya

Sang pencari ilmu

Begitulah ku memaknainya…

Tiga kata selalu mengelilinginya

Bayam,olive,brutus

Artikan dg yang sejurus

Tak di jelaskan agar penuh kebebasan

Biarlah kehendak yang mengartikan

Inilah sederet diksi

Kusebut khutbah puisi

TERIAKLAH POPEYE

Dipantai manapun berdiri

Laut biru membentang

Hanya sang pemberani

Mampu taklukan ombak menerjang

Popeye bocah…

Berenanglah

Ikuti aliran sungai ini

Kelak kau akan mengerti

Sampai mana aliran ini berhenti

Popeye……

Ayah bukan pelaut gagah

Tapi

Ayah ingin kamu melebihi ayah

Menjadi yang tak mudah kalah

Tak kenal menyerah

Teriaklah

Popeye si pelaut…..

Puisi puisi untuk almamater

KAPAL-KAPAL POPEYE

BUDI ASIH

MIFTAHUL ULUM

BA-CI-CIR

BAHRUL ULUM

WARDAYANI

RAUDATUL ULUM



BUDI ASIH


Usai sudah masa timang

Popeye belia mulai cari pandai

Canda tawa bocah

Rengek rewel berhias bawel

Celoteh yang terkadang aneh

Berseling nyanyian tanpa kesedihan

Berlarian di taman

Budi Asih

Bersamamu segala tingkah bocah

Bersamamu kami mulai melangkah

Meniti esok yang di harap cerah

Budi Asih TK ku

Kapal kecilmu membawaku

Kenali asinnya laut biru

Budi Asih

Atas budimu

Dalam asihmu

Kujabat budi serta asih

Budimu telah terpatri

Asihmu masih terasa hingga kini..

“MIFTAHUL ULUM”

Popeye si pelaut

Slogan teriak itu masih lirih

Popeye tampak tertatih

Miftahul Ulum

Bersamamu aku mulai melaut

Berkenalanan dengan ombak kecil eja kata

Di tiup semilir angka

Tujuh puluh dua bulan

Kau singgahkan aku di berbagai

Pulau pengetahuan

Belajar cinta ilmu

Belajar hormati guru

Belajar merindu buku

Miftahul Ulum

Kunci ilmu telah kau berikan

Kubekal tuk buka gudang pengertian

Miftahul Ulum

Laut masih terbentang

Banyak kapal dengan berbagai nama sandang

Kumohon darimu berkah

Tuk teruskan langkah

Temukan mutiara indah



BA-CI-CIR


Popeye si pelaut

Anak remaja itu tersenyum

Memandang laut biru

Di atas kapal baru

Di nakhodal seorang guru

Bacicin

Karang-karang kebodohan

Terkikis walau belum habis

Oleh ombakmu yang beterjangan

36 Bulan

Popeye melaut penuh tantangan

Labil jiwa remaja

Jadikan langkahnya serampangan

Setahun terakhir

Badai pergaulan salah

Buat popeye goyah

Brutus-Brutus mangajaknya lengah

Popeye terkapar tanpa sadar

Terhempas puting beliung

Lalu berteriak kasar

Aku berhenti melaut

Kening Sang ayah berkerut

Lalu sambarkan pecut

Jangan kau jadi pengecut

Popeye mengeluh dengan nyali ciut

Ayah…

Mungkin aku mabuk laut

Biarkanku sebentar nikmati kabut

Kuharap

Engkau tak menjadi kalut

Sang Ayah mundur selangkah

Popeye…

Besok kau kan sadari salah

Saat itulah kau akan kembali tergugah

Remaja itu tak peduli

Nafsunya riang menari

Sementara

Brutus bertepuk tangan

Berucap penuh kemenangan

Kau telah terjerat tali


“BAHRUL ULUM”

Semburat cahaya singkap pekat

Usai lalai dalam kesenangan singkat

Popeye kembali menggeliat

Aku belum terlambat…

Ia tumpangi kapal baru

Popeye si pelaut

Teriaknya lalu kembali arungi laut biru

Di kapal ini

Popeye bersalaman dengan FuQoha

Berjabat dengan para ahli tata bahasa

Berkenalan dengan para sufi mulia

Sementara…

Brutus yang tak merasa senang

Marah dengan hunusan pedang

Segala siasat ia pasang

Tuk satu kata

Agar langkah popeye terhadang

Begitulah…

Setelah tiga tahun melaut

Kabut kembali menyelimut

Popeye kalut lalu semaput

Sang Ayah pun kalang kabut

Ternyata…

Brutuslah yang kembali menang

Popeye di tendang terjengkang

Sang Ayah

Elus dada hadirkan lapang

Inilah badai dalam ilmu yang ganas menerjang

Sang Ayah lirih berbisik

Popeye…

Bersabarlah dalam rasa sakit

Menunggu pertolongan Allah lah

Jalan terbaik

Ayah yakin kamu kuasa lagi untuk bangkit…


“WARDAYANI”


Usai sudah tidur panjang

Popeye bangun lalu berteriak garang

Aku akan taklukkan gelombang

Akulah popeye si pelaut…

Hari ini…

Bekal bayam telah sedia

Doa Ayah bunda pun menyerta pula

Sang paman hadiahkan pipa

Inilah yang tak boleh kau lupa

Bibir yang selalu kepulkan dzikir

Dzikir keabadian…

Langit cerah

Popeye kembali melaut dengan sumringah

Dan…

Brutus pun telah bersiap tak mau kalah

Kapal sederhana ini

Mengajak mampir ke rumah-rumah di pulau

Penuh seni

Mata popeye jelalatan

Pandangi segala keindahan

Bagaimana bertutur kata

Bagaimana bertingkah dengan cinta

Bagaimana berfikir penuh pola

Di sinilah…

Cambuk-cambuk sang gurumemarkan jiwa

Betapa diri berlumur dosa

Berhias alpa

Disini pula…

Enam tahun penuh tantangan

Lautan yang takan terlupakan

Sang nakhoda yang penuh kewaspadaan

Popeye singgahi berbagai fan…

Disana entah dimana

Brutus seolah menyerah

Gamang melihat popeye tak tergoyah

Berdiri acungkan bendera penuh gagah…

Popeye selendangkan kewaspadaan

Kemenangan ini bukan akhir perjalanan

Laut-laut lain telah siapkan tantangan

Tak ada kemenangan sebelum datang kematian…

Popeye tunduk bertawarruk

Melapor diri penuh khudu…

Di hadapnya…

Sang guru tersenyum faham

Pergilah tuk semakin mengerti

Putih dan hitam

Popeye pun beranjak

Menuju ombak lain yang semakin galak

Lantang ia berteriak

Popeye si pelaut…


‘RAUDLATUL ULUM”

Di geladak APRU...

Ia saksikan ombak yang menderu

Amboi…

Indah nian laut ini

Amboi…

Kapal ini begitu kamal

Lengkap serta nakhoda sigap

Sang faqih lagi sufi

Sang mutafannin pelaut sejati

Hari-hari terlewati

Malam di atas kapal ini penuh bintang

Siang di atas kapal ini selalu terasa panas

Terkekang..

Di gua tersembunyi

Brutus siapkan tali

Tuk menjerat para pencari kitab suci

Dengar popeye ancamnya

Kau kan ku suntik mati

Dengan virus berbangga diri

Dalam waspada…

Popeye mundur bertafakkur

Kau memang tak bias kuajak akur

Selalu mengejarku kemanapun uku kabur

Sang nakoda selalu setia

Mewanti-wanti agar selalu siaga

Hadapi diri yang jumawa pun

Setan musuh yang nyata

Allah

Hanya engkau tambatan jiwa

Pelindung dari dua musuh yang nyata

Setan jin pun manusia

Juga diri sendiri yang sulit di tata

RAYU HALUS BRUTUS

SETAN

NAFSU

HATI-HATI


SETAN


Brutus Setan

Setan Brutus

Entahlah apa saja kau sebut

Binasalah kau

Selalu ingin kami dalam luput

Binasalah kau

Selalu selimutkan kabut

Berteman denganmu

Berteman dengan sejelek-jelek teman

Berkawan denganmu

Jatuhkan diri ke jurang penyesalan…

Popeye teriak

Engkau musuhku yang nyata

Tapi tak kasat mata

Hanya satu senjata

Setelah semua senjata tak berguna

Berlindung pada sang kuasa…

NAFSU

Inilah brutus bermuka halus

Tak bias kubunuh walau telah kuringkus

Ada dalam diri

Pun jadi jatidiri

Aku,Ego,diri,nafsu

Entah apalagi namamu

Kau musuh dalam selimut

Kemana pergi selalu ikut

Popeye menerjang

Brutus

Kau harus terus ku kekang

Kau selalu inginkan yang di larang

Brutus

Kuseret kau dengan tali abdi

Ku ikat kau dengan rantai taat

Brutus

Berlindung pada Tuhan ku

Adalah obat terakhir dari penyakit mu



HATI-HATI


Popeye…

Untuk apa kau terus melaut

Tak guna ilmu selaut

Jika lakumu tetap saja tak patut

Popeye…

Kau telah tampak gagah

Dalam cerah kau tampak lebih cerah

Dalam gelap cahayamu tak tergoyah

Kemarilah…

Kita nikmati sebentar senggang yang indah

Ragamu bukanlah sapi perah

Jangan kau peras hingga begitu lelah..

Popeye…

Simpan pipa dzikirmu

Katupkan saja bibirmu

Bukankah yang terpenting ialah hatimu?

Popeye…

Buat apa sholat?

Buat apa bersyariat?

Bukankah mutiara adalah hakikat?

Popeye…

Dalam gelapku kurasakan tenang

Dalam cahayamu kau terus bimbang

Kemarilah bersenang-senang

Hidup sekali jangan kau biarkan hilang…

Popeye…

Dalam masa dewasa

Kau masih saja bebani orang tua

Lihat !

Sebayamu telah pandai cari biaya

Sedang kau asyik dengan tangan terbuka

Popeye…

Adakah siksa?

Adakah surga?

Tak ada yang berguna

Tak ada yang durjana

Semua usai setelah kematiannya…

Popeye…

Kau sudah cukup usia

Pandangan mu banyak tersia-sia

Segeralah cari pendamping setia

Laut ilmu takan ada tepinya…

Popeye…

Ayolah kemari

Bersamaku riang menari

Nikmati senyum para bidadari


STORY OF LOVE 1

NO PACARAN YES PENGETAHUAN

KAPAN KAWIN?

JATUH HATI

SI OLIVE


NO PACARAN YES PENGETAHUAN

Popeye remaja terpana

Menatap keindahan sang bianglala

Ia gelisah

Ia resah

Cinta belia menusuk tak tertadah…

Dalam rapuh

Popeye berusaha teguh

Dalam gelisah

Popeye bersusah payah agar tak goyah

Aku tak boleh kalah

Cita citaku bias tak tentu arah

Oleh cinta yang salah

Aku masih tunas

Bermain cinta tentu tak pantas

Pergilah…!

Kau hanya buatku tergilas

Oleh buaian sekilas…

Popeye selamat

Duri cinta mampu terlewat

Walau ia rasa nafsunya sekarat

KAPAN KAWIN ?

Tahun ganti Tahun

Seiring cita-cita yang belum terhenti

Cinta demi cinta pun tak kunjung mati

Walau sengaja di anggap mati…


Kini…

Popeye telah berubah

Usia telah semakin bertambah

Pulau-pulau ilmu masih banyak yang belum tersinggah

Tapi…

Angan-angan itu terlintas sudah


Popeye bimbang

Segala sudut ia pandang

Untuk satu keputusan imbang…


Ya…

Aku harus temukan pendamping

Yang mau temani berkeliling

Menuju pulau-pulau asing

Seorang pendamping tangguh

Yang tak kenal keluh

Yang semangatiku saat lusuh

Yang bisa buat diriku kukuh teguh


Tuhanku…

Dimana dia ?

Seorang peri setia

Yang jadikan diri ini di hadapmu jadi mulia

Yang buat pandanganku pada ilmu selalu ceria…


Tuhanku…

Panjatanku penuh kesungguhan

Kuharap sangat kau mengabulkan

Siapapun yang kau kirimkan

Kuterima penuh kerelaan…


JATUH HATI

Hari yang akan terlukis dalam kenang

Saat deras gelombang

Di atas selancar yang bergoyang-goyang

Selukis senyum tampak mengembang

Manyapa seolah berkata

Akulah yang akan mengusir bimbang

Lalu…

Dua tatap cahaya saling beradu

Saling suguhkan ragu

Di balik tembok malu

Masing-masing seakan bertanya

Bolehkah ku tahu namamu ?

Sungguh…

Entah siapa yang memulai dan

Sang pemuda sebut nama

Aku popeye

Aku olive

Jawab sang gadis penuh gemulai

Sungguh…

Seiring waktu berputar

Dua insan itu terbawa angin memusar

Membawa keduanya tanpa sadar

Dalam pening asmara yang kian mencakar

Lambat laun…

Popeye berteguh

Inikah uku ?

Masihkah aku pelaut yang dulu ?

Tahan pada seribu nafsu

Kukuh dengan akal seribu…

Bukan…

Aku bukan popeye dulu lagi

Popeye dulu sedang mati suri

Atau mungkin telah mati…

Siapa dirimu Olive ?

Kaukah kiriman Tuhan ?

Atau setan brutuskah yang mengirimkan ?

Hening…

Tak satu jawab pun berdenting…

Popeye mengadu

Tuhan…

Jikalah engkau yang mengirimkan

Kuharap penuh kemudahan

Jika bukan

Aku akan lari dari jerat setan

Cukup sampai ini kami lakukan kesalahan

Bercinta dalam lemahnya ikatan

Popeye bangkit

Tengadah menatap langit

Lalu dengan kuat menjerit

Popeye si pelaut…


SI OLIVE

Popeye…

Seperti engkau

Aku seorang pelaut

Walau berparas lembut


Popeye…

Seperti engkau

Cita-cita kugantung dilangit

Demi itu

Cinta ku buat sempit


Popeye…

Seperti engkau

Sejalan usia bertambah

Malamku sering berhias gundah…


Popeye

Seperti engkau

Sepertiga malam kutengadah

Meminta agar di suakan pelaut gagah


Popeye…

Seperti engkau

Pulau ilmu banyak yang belum ku kunjungi

Kuharap ada yang mampu mengiringi

Menyertaku menggapai cita-cita tinggi


Popeye…

Seperti engkau

Menatap cahayamu pandangku silau

Aku sungguh terpukau


Popeye…

Seperti engkau

Aku berselimut ragu

Engkau kah kiriman Tuhanku ?

Atau hanya jelanaan dari bisik halus

Nafsuku…


Popeye…

Seperti engkau

Saat sadar telah terkapar

Sungguh aku gentar

Inikah yang akan pudarkan cita-cita

Yang telah ku gambar


Popeye…

Sekarang ku tegaskan

Tinggalkan aku jika tak penuhi harapan

Kutinggalkan engkau jika ucap

Tinggimu hanya buaian…


Popeye…

Aku wanita yang hanya bisa menunggu cinta

Seiring langkahku menuju cita-cita


Tapi…

Hatiku kukuh berkata

Engkaulah penghapus air mata

Maka

Kujeritkan dalam pinta


Allah…

Biarkan tunas cinta

Subur bersama cita-cita


Allah…

Mudahkan jalan

Sesuaikan keadaan

Dengan apa yang engkau pinta

Dalam Takdir yang tertata


REHAT

Pelaut yang giat

Sekalah dulu tubuhmu yang berkeringat

Otakmu bisa sekarat

Jika kau putar terus tanpa istirahat

Bersendalah sejenak

Cari udara segar tuk usir sesak

Berdirilah shalat beberapa rakaat

Pusatkan hatimu pada Nya sesaat

Kau kan dapat ilapat

Bermainlah di taman Suci-Nya

Dapatkan inspirasi dari keindahannya

Tangkap isyarah dari kelembutannya…

Atau…

Ambilah bait-bait pujangga

Bernyanyilah bahar thowil, rojaz, mutadarik,

Atau kamil pun selainnya…

Setelah segar

Kembalilah bersiap

Pasangkan otak tegak

Arungi ombak galak

Teriaklah…

Popeye si pelaut....

MUTIARA

ILMU

MARHABA

ASMA BADAR

SHALAT JAMAAH

SENYAP MALAM

SHIYAM

AL-WIRDU WAL WARID

BACA TULIS

LA ILAHA ILLALLAH


I L M U

Betapa lelah ku berenang

Lautmu masih saja luas terbentang

Makin banyak airmu kuteguk

Hausku semakin mengamuk

Kapan kutemukan hakikatmu

Aku tak akan

Karena terburu jemu

Kapan kurasa manismu

Atau tak akan

Karena lidahku terburu kaku

Ilmu…

Harus bagaimana lagi aku merendah

Agar mengalirmu bagai air bah

Harus bagaimana lagi kuhina diri

Agar muliamu datang menghampiri

Harus bagaimana lagi aku meratap

Agar angkuhmu sudi menghadap

Oh…

Betapa garang kau menatapku

Tak pantaskah aku karib denganmu

Oh…

Betapa sinis tatapmu padaku

Haruskah aku terus menjadi dungu ?

Oh…

Betapa jijik mu padaku

Apakah hatiku memang begitu bau ?

Ilmu…

Aku bersolek dan merayu

Tapi tak kunjung pula engkau mau

Bingungku membujukmu

Atau

Kau anggap aku tak sungguh mencintaimu



MARHABA

Di taman penuh wewangian

Di malam penuh kemuliaan

Kami lantunkan pujian

Untuk sang teladan

Pemilik keagungan

Marhaba Ya Rasullah

Marhaba Ya Habiballah

Selamat datang paduka

Memujimu hilanglah duka

Kedatanganmu suguhkan suka

Purnama

Matahari

Wahai wajah tanpa cacat

Sepadanmu tak pernah terlihat

Kekasihku

Bahagialah menatap wajahmu

Di hari nanti

Kami datang ke telagamu

Malam jumat ini

Seperti yang terlewat

Kami berteriak hingga serak

Lantunkan pujian pengusir sesak

Kami duduk berbaris

Antri menunggu kasihmu yang tak pernah habis

ASMA BADAR

Lantun indah istighotsah

Dalam irama kamil

Yang dinginkan jiwa hingga menggigil

Bacalah ‘Risalah aslilQodar’

Karya seorang ulama besar

Berwasilah dengan nama-nama pejuang tegar

Para pioner badar

Hilanglah susah

Terbanglah resah

Sirnalah gelisah

Menyebut mereka

Musuh-musuh menutup muka

Menyebut mereka

Pintu sang kekasih terbuka

Menyebut mereka

Jiwa sembuh dari luka

Menyebut mereka

Segala hajat terlaksana

Menyebut mereka

Hilang segala luka duka

Lihatlah sejarah

Pasukan besar kuffar telah kalah

Oleh pasukan kecil berkaromah

Bukalah ‘Jaliyyatulkadar’

Alangkah agung Ahli badar

Buka pula ‘Jabril kasar’

Penjelasan faidah indah terjajar

Maka…

Tak usah gusar

Istiqomahlah ber asma badar

Segala kesulitan kan memudar


SHALAT JAMAAH

Berbaris lurus rapat

Berlomba dapatkan shaf pertama

Bersama khusyu menghadap

Indah salat jamaah

Siratkan kesatuan tak terpecah

Sembunyikan sir-sir tak terjamah

Dua puluh tujuh derajat kudapat

Walau yang kami dapati bertingkat-tingkat

Berjamaah

Bersimpuh bersama di hadapan Sang gagah

Bersama untaikan rindu pada Sang indah

Setan-setan mundur kabur

Gentar muslimin terlihat erat

Sedih menatap jiwa-jiwa yang mantap

Berjamaah…

Olehmu laku tingkah jadi terarah

Olehmu hilang semua gundah

Olehmu semangat membuncah

Padamu seribu faidah

Tak rugikah aku remehkanmu ?

Tak menyesalkah aku abaikanmu ?

Maukah aku mementingkanmu ?

Mampukah aku usir malas mengejarmu ?


SENYAP MALAM

Inilah saat ijabah

Saat Tuhan turunkan rahmah

Senyap malam

Saat semua lelap dalam lelah

Maka

Berjagalah…

Dalam senyap

Tergambar diri yang penuh khilaf

Terbayang di hari nanti

Bagaimana diri menjadi kalap

Saat sunyi

Dengan tasbih para binatang malam bernyanyi

Seiring para pendosa yang lupa diri

Dua rakaat saja

Sungguh tak terkira berharga

Dalam genang air mata

Ratapi Lumpur dosa

Senyap malam

Kapan tak kuisi kau dengan kelam ?

Kapan tak kubalut kain hitam ?

Kapan kau jadi pualam yang ku idam ?

Saat siang

Pandangku bimbang

Langkahku pincang

Dan…

Saat gelap

Letihku sangat lalu terlelap

Tak sedikit pun waktu

Tuk berusaha menyatu

Dengan Sang Maha Satu…

Oh diri ini

Di hari nanti

Sesalmu kan tak berarti

Sungguh saat itu

Hanya ada rasa pilu

Hanya ada andai kembali

Tuk perbaiki diri

Dan

Hanya kata mustahillah yang terjadi

SHIYAM


Tiada tahu orang yang belum merasa

Tiada mengerti orang yang baru sebatas

Perut saja sudah penuh ‘rasa’

Bagaimana bisa mengerti jika perut saja

Belum bisa puasa

Puasa…

Menahan diri yang bermacam keinginan

Puasa…

Menyeleksi keinginan-keinginan

Pandang mata selalu ingin menatap keindahan

Watak diri selalu cenderung pada larangan

Tak cuma tatap mata

Semua indra

Bahkan setiap anggota harus tertata

Tak di komando keinginan semata

Puasa

Denganmu menahan diri jadi mudah

Tapi

Memaksa diri menetapimu sungguh susah

Puasa….

Denganmu tubuh jadi sehat

Mesin perut cukup istirahat

Tubuh punya waktu rehat

Fikiran tak jadi pekat

Hati semakin mengkilat

Sayang

Nafsu selalu saja merengek

Meminta suapan nikmat sesaat…

Ah puasa diri

Dimana engkau

Padaku hanya ada ber‘ puas-puas’diri

Padaku hanya ada kepentingan pribadi…


AL-WIRDU WAL WARID

Wirid laksana pohon

Warid tak ubahnya buah

Pohon tak mesti berbuah

Tak ada pohon tak ada buah

Tanam saja pohon-pohonmu

Sirami biar tak mati

Beri pupuk biar tumbuh gemuk

Tak usah berharap buah

Jika sudah musim pastilah berbuah

Bagaimana kau inginkan warid

Sedang tak kau pendam pun satu bibit

Bagaimana kau mau tanam pohon

Jika tak tahu apa guna pohon ?

Lihatlah…

Mereka orang-orang mulia

Pada wiridnya selalu setia

Berkomitmen

Konsisten

Penuh konsentrasi

Pula konsekuen

Dan…

Mereka tersenyum saat musim panen

Sedang kamu

Pula aku

Jadwal tak tertata

Planning pun tiada

Waktu tersia-sia

Semua serba seketemunya

Bagaimana bisa mengetam

Jika tak pernah menanam ?

Bagaimana bisa memetik buah

Jika pohon telah di tebang lengah ?



BACA TULIS

Hewan liar itu harus kau kejar

Di Belantara Kitab-kitab

Di Hutan biku-buku

Di Rimba diri

Di Balik segala yang tercipta

Hewan yang telah terikat

Harus di pelihara di rawat

Baca Baca Baca

Jangan terlewat

Hewan yang masih belum terikat

Tangkap

Lalu ikat dengan tulisan yang kuat

Bagaimana bisa tahu

Jika malas buka buku

Bagaimana bisa tahu

Kitab-kitab hanya terpajang bisu

Bagaimana bisa tahu

Diri ini tak diteliti

Bagaimana bisa tahu

Jika yang tercipta

Di pandangi dengan mata buta

Kapan kurindu buku ?

Kapan kurasa kalap tanpa kitab ?

Kapan kujadikan pena kekasih setia ?

Kapan kutahu diri bisa memberi

Palajaran seluas lautan ?

Kapan mata terbuka

Pada hikmah dari yang tercipta ?

LA ILAHA ILLALLAH

Popeye…

Ikuti ucapku

la ilaha illallah

la ilaha illallah

la ilaha illallah

Popeye

Konsentrasi memusar

Bibir biar bergetar

la ilaha illallah biar menjalar

Dalam aliran darah

Merasuk sukma

Terbangkan jiwa

Mengawal akal

Sinari hati

Menyapa kotor nafsu

la ilaha illallah

Pengiringmu dalam langkah

la ilaha illallah

Melarut dalam darah

la ilaha illallah

Mendetak jantung

Mengajakmu terapung

Mengusir bingung

la ilaha illallah

Kenapa harus takut

la ilaha illallah

Kenapa harus resah

la ilaha illallah

Kenapa harus merana

la ilaha illallah

Kenapa harus segala

Padahal

Tiada kecuali Allah

Padahal la ilaha illallah


STORY OF LOVE 2


GET MARRIED

MESRA

BAINA AL HIMMAH WAL MAHABBAH


GET MARRIED


Jumah berkah…

Popeye kulum senyum

Mencium wangi bangunan harum

Di sentuhnya perlahan

Lalu berucap pelan

Jangan berhenti tebarkan aroma

Tak cuma wajahmu buatku terpana

Harum katamu lebih menawan rasa

Entah hanya mimpi

Atau memang terjadi

Di latar suci

Di depan penghulu

Pula para kyai

Si pelaut duduk tertunduk

Dengarkan kalimat ijab dengan khusyuk

Ya popeye…

Ankahtuka wa zawwajtuka

Mawliyyati Olive binti Adams

Bimahri hadzal mushaf

Wahadzihil kutubi naqdan…

Lalu

Tanpa ragu dan tiada gagu

Si pelaut ucap qobiltu…

Langit cerah

Wajah-wajah sumringah

Sambut sepasang insan dalam ikatan sah

Sementara

Setan brutus menjerit

Menyesal siasatnya morat marit

Dalam gelap ia berbisik

Rumah tanggamu akan ku usik

Sungguh

Setan manapun akan pusing

Melihat dua sejoli bersanding

Bak raja dan ratu bertahta gading

Dalam ikatan suci bening

Sungguh

Setan manapun akan menggerutu

Menyaksikan dua insane menyatu

Dalam larut cinta dari Sang maha satu

Berbahagialah

Bina cinta dalam nikah

Berbahagialah

Bina cinta dalam akad sah

Berbahagialah

Tak ada kebahagiaan

Seperti kebahagiaan pengantin yang berbahagia


MESRA ILMU

Istriku…

Andai aku fi’il

Engkaulah fail

Pula sebaliknya

Takkan terpisahkan

Walau kalimat-kalimat lain

Memaksa ada di tengahnya

Suamiku…

Andai engkau Mubtada

Akulah khobar Mubtada

Selalu ada keduanya

Walau terkadang salah satunya

Ada dalam kira-kira/perkiraan saja

Istriku…

Andai aku wazan fi’il

Engkaulah Mauzunnya

Selalu berimbang keduanya

Walau usai rumit dalam prosesnya

Suamiku…

Andai engkau nahwu

Akulah shorof nya

Bapak dan ibu dari anak-anaknya…

Istriku…

Andai aku musnad

Engkaulah musnad ilaihnya

Saling bersandar dalam kasih isnadnya

Suamiku…

Andai Engkau musyabbah

Akulah musyabbah bih nya

Kita terikat dalam sayang tasybihnya

Istriku…

Andai aku ma’ani

Engkaulah bayannya

Adakah balaghoh tanpa keduanya?

Suamiku…

Andai engkau maudlu’

Akulah mahmulnya

Adakah qodiyyah hamiliyah tanpa salah-satunya ?

Istriku…

Andai aku muqoddam

Engkaulah talinya

Adakah qodiyyah syartiyyah

Tanpa salah-satunya?

Suamiku…

Andai engkau mu’arrof

Akulah ta’rifnya

Harus selalu imbang iftirod atau in’ikasnya

Istriku…

Andai aku sughro

Engkaulah kubronya

Adakah natijah qiyas jika terpisah keduanya

Suamiku…

Andai engkau da’wa

Akulah dalilnya

Di terimakah da’wa tanpa ada dalilnya

Istriku…

Andai aku bermunadzoroh

Engkaulah mantiknya

Bagaimana berdebat, jika logika sekarat

Suamiku…

Andai engkau wazan syi’ir

Akulah mauzunnya

Selalu imbang dalam timbang taqti’nya…

Istriku…

Andai Engkau ‘arudl bait

Akulah dlorobnya

Selalu sama dalam qofiyyah nya…

Suamiku…

Aku lelah

Engkaulah pengusir lelah…

Istriku…

Kemarilah ku dekap

Bersama kajian kitab-kitab

Di saksikan senyap

Kita menyelam di laut arab

Tidak suamiku…

Tutup dulu kitab-kitab mu

Jadikan aku kitab itu

Bacalah aku dengan tatap rindu

Goreskan tintamu dengan cahaya qalbu…

BAINAL HIMMAH WAL MAHABBAH

Di sela kebahagiaan

Popeye berbisik pelan

Olive ku

Cinta kita telah menyatu

Tak terpisahkan

Tapi

Cita-cita ku belum tertunaikan

Istriku…

Berat ini harus kupikul

Meninggalkanmu hatiku masyghul

Tapi…

Demi tinggi asa

Kubunuh seribu rasa

Istriku…

Jaga kehormatan saat kutiada

Kita pasrah di manapun berada

Aku pergi dan akan kembali

Memang…

Dengan harga tinggi

Mutiara harus dibeli

Istriku…

Tak usah termakan hasutan

Ingatlah petuah Al-hakim Luqman

Apapun yang kita lakukan

Mereka tak henti bercibiran…

Istriku…

Semakin melangit harapan

Semakin kencang pula angin yang di rasakan

Mungkin…

Sekian waktu kita tak bertemu

Itulah harga untuk ilmu

Kuharap kau tabah

Tak usah gelisah

Kuatkan hatimu tuk berpasrah…

Popeyeku…

Tak usah merayu

Tak perlu kau ragu

Cinta kita karena ilmu…

Suamiku…

Berat bebanmu sama kurasa

Masygul hatimu pula kuderita

Tapi…

Demi tinggi asamu

Kumatikan rasaku

Kubiarkan air mata membeku

Suamiku…

Melautlah dengan gagah

Kujaga kehormatan di rumah

Dengan iffah dan hati pasrah

Pergi dan segeralah kembali

Bawa untukku mutiara yang kau beli

Suamiku…

Petuah Al-hakim luqman

Terpatri dalam ingatan

Apapun kata mereka

Tak jadikan suka pula duka

Suamiku…

Kau telah gigit bibirmu hingga berdarah

Kau merubah diri jadi raja tega

Demi ketinggian asa

Kau tutupi mata cinta dengan kain tak peduli…

Maka…

Kuusap darah itu dengan tabahku

Kuhadapi raja tegamu dengan pasrahku

Kutunggu tak pedulimu berubah jadi setumpuk rindu…

Suamiku…

Jangan takut angin kencang

Bukankah dengannya kita akan semakin serbang ?

Lihat…

Langit semakin dekat

Lihat

Topan itu mulai pergi ketakutan…

MANTRASASTRA


SEMAR MESEM

JARAN GOYANG

KENTUT SEMAR

SUGIH TRAJINGGA

NGELOM


SEMAR MESEM

Purnamaku purnama Yusuf

Suaraku suara Dawud

Cahayaku Cahaya Muhammad

Sapa sing deleng

Bakale koleng

Sapa sing ngerungu

Bakale ngelelungu

Sapa sing kesorot

Akale bakal pedot

Sing tak tuju

Ora bisa melayu

Sing tak pingin

Marek di gawa angina

Sing tak karep

Ndepe-ndepe teka madep

Aja ngelawan

Kita ora kelawan

Aja nampik

Nampik iku ora becik

Bismillah, Bismillah, Bismillah

Sira teka atine pasrah…

JARAN GOYANG

Banyu mili marek ingsun

Beni ngobong manut ingsun

Semeliwir angin marani ingsun

Lemah jaluk-jaluk di edek ingsun

Lanang gagah

Bakale kalah

Lanang jagat

Bakale sekarat

Aja mbangkang

Sing mbangkang njengkang

Aja ora manut

Sing ora manut semaput

Iki

Aji-Aji Srikandi

Di sebulaken pastine mandi

Bismillah Bismillah Bismillah

Banyu geni angin lemah

Tekaningsun atine pasrah…


KENTUT SEMAR

Jaduke awak

Sakti ati

Landep ilat

Duwe apa sira wani-wani

Aja wani-wani lamun wedi mati

Tut-tut-tut

Sira kabeh pada rebut

Tut-tut-tut

Sing ora kuat,semaput

Tut, tut, tut

Sing kuat dadi manut

Tut, tut, tut

Elmu sira kabeh ilang di gawa semut

Dadi sira wong langka patut

Dadi aku sing paling Thalut…

SUGIH TRAJINGGA

Sumugihku teko awakmu

Tekamu marahi ngamuke nafsu

Sumugihku teko awakmu

Tekamu ngajaki galakku metu

Sumugihku teko awakmu

Tekamu gawa jumawa

Sumugihku teko awakmu

Senengmu adu lan poropadu

Sumugihku teko awakmu

Ora sumugihku dadekno ati beku

Sumugihku teko kabehmu

Ngeliyani ingkang Maha sumugih

Mongko aku ora bisa sumugih…



NGELOM

Robbisyrohli sodri

Jembar ati

Kebek ati elmu sejati

Robbisyrohli sodri

Jembar ati

Banyu sing jaba manjing mili

Robbisyrohli sodri

Banyu sumberan pada metu

Ora mati-mati

Ngelome pangeran ora kegebagan

Ngelome pangeran ora kitungan

Ngelome pangeran kanggo ati suci

Ngelome pangeran kanggo ati sing ora mati

Jembar ati

Jembar ati

Jembar ati

Robbisyrohli sodri


PROBLEMA


BAINAL HIMMAH WAL MAISYAH

JANJI PASTI

SARANG PENYAMUN

POLIGAMI


BAINAL HIMMAH WAL MAISYAH

Popeye tertegun

Meratap dalam tatap

Genang bening membelai pipi putih

Olive seakan tak lagi tahan perih

Istriku

Masihkah kau bisa tabah

Hidup bersamaku dalam segala susah

Sempit maisyah demi Himmah

Istriku

Lupakan akan ikrar

Kita akan tegar

Demi himmah yang di kejar

Istriku

Semua serba kurang

Ini bukan masalah sayang atau tak sayang

Tapi

Keadaanku lah yang belum lapang…

Istriku

Hanya maafmu kuharap terbentang

Atas segala kurang

Sabarlah…

Mentari kan segera benderang…

Suamiku

Air mata ini bukan isyarah hilang tabah

Aku hanya sedih

Selalu melihatmu berjubah susah

Rela sempit maisyah

Demi setumpuk himmah

Suamiku

Ikrar kita masih kuat dalam dengar

Tegarku takkan pudar

Kuikuti kemanapun kau berlayar

Suamiku

‘Kurang’hanya untuk hati yang tak lapang

Bagiku…

Engkaulah kasih sayang

Buat apa lapang jika dirimu hilang

Suamiku

Kenapa harus meratap maaf

Jika tak sedikitpun khilaf

Andai pun…

Pintu terbuka tanpa kau pinta

Suamiku

Mentari telah kulihat usai kita saling terikat

Walau hari masih gelap

Peci dan jilbabpun berpelukan

Air mata memata air

Kala terdengar rengekan buah hati minta jajan

Sementara

Tak sepeserpun di tangan

Popeye menggigit bibir

Inilah sebuah ujian

Sebongkah halangan

Akankah si pelaut tak jadi ciut

Tuk terus buru Himmah

Dalam ma’isyah sempit menghimpit

JANJI PASTI

Sungguh

Beserta kesulitan satu ada kemudahan seribu

Sungguh

Beserta kesulitan ada kemudahan

Masihkah terselimuti keraguan ?

Siapapun yang taqwa

Allah jadikan jalan keluar

Allah beri rizki dari jalan tak tergambar

Allah mudahkan urusannya kelar

Allah sediakan ampunan jembar

Allah lipatkan pahala dari kebaikan selembar

Masihkah ku bertatap gelap ?

Tak cukupkah janji Tuhan tuk modal

Keteguhan ?

Masihkah aku tak percaya ?

Lalu pada siapa lagi aku percaya ?

SARANG PENYAMUN

Angkuh subur tumbuh

Membelukar sangar

Halangi pasukan kebenaran

Menutup cahaya ketuhanan

Hanya karena setitik ilmu

Kupandang selainku dungu

Hanya karena sepetak harta

Kupandang selainku hina

Hanya karena sekursi tahta

Kupandang selainku nista

Rumahku tak lagi anggun

Berubah jadi sarang penyamun

Kelebat panjahat

Jadikan malaikat minggat

Rumahku semakin sempit

Sesak sekian penyakit

Rumahku tak lagi ramah

Tak lagi di singgahi tamu ilmu

Hanya berhuni resah

Tamu siapa yang sudi singgah

Jika sang empu begitu pongah ?

Duhai

Diri yang tak mawas diri

Sampai kapan penyamun-penyamun itu

Kuasai diri ?

Sungguh

Saat hati mati

Selaut ilmu tiada berarti

Sungguh

Bagaimana ia hidup

Jika ilmu terasa jemu

Oh…

Kusolek paras

Hatiku mati tergolek

Oh…

Ku parfumi tubuh

Sedang hatiku bau lagi keruh

Oh…

Kusegarkan badan

Hati tak kusiram dalam kelayuan…

POLIGAMI


Istriku…

Mendua bukan hilang setia

Maka…

Tak usah lara

Hanya karena label ‘Istri tua’

Atau di sampingku ada istri muda

Istriku…

Walau kumendua

Kau tiada duanya

Ucap ujarmu cerminkan jiwa mulia

Suamiku…

Lelaki memang pandai bicara

Berdalih,tutupi topeng buaya

Tapi ada daya

Inilah ujian wanita/kaum kebaya

Kuharap

Kau imbang dalam antara

Aku tak rela kau terhina

Buntuti nafsu semata

Suamiku…

Tak usah merayu

Rayumu bukan untukku saja

Kuharap

Istri mudamu tak beda

Penuh cinta

Tak berjiwa nista

Istriku…

Kemarilah kudekap

Menjauhimu jiwaku gelap

Marahmu

Buat hatiku kalap

Suamiku…

Aku bukan pemarah

Marah bukan cerminan salehah

Kuharap

Kau jadi teladan

Penuh bimbingan

Istri-istrimu penuh kelemahan

Istri-istrimu butuh tuntunan…


IKHTITAM


SEIKAT BAYAM HIKAM

BAYAM MERAH JIWA SALAH

BAYAM “LATAHZAN”

SANG NAKODA

TUTUP USIA


SEIKAT BAYAM HIKAM

Popeye…

Jangan berkurang harapan

Usai jatuh dalam jurang kesalahan

Popeye…

Cita-cita yang kau gantung di langit

Doa-doa malam penuh jerit

Takkan geserkan takdir walau sedikit

Popete…

Payah untuk dapatkan sesuatu yang sudah

Dalam tanggungan Tuhan

Santai pada suatu yang di bebankan Tuhan

Merupakan isyarah mata hati dalam kebutaan…

Popeye

Kondisi jiwa yang tiada sama

Sejalan dengan pengabdian beraneka warna

Maka

Sesuaikan warna dengan kondisi jiwa

Popeye…

Tanam jiwamu dalam tanah tak di kenal

Biarkan ia hanya kenal

Dan di kenal Sang kamal…

BAYAM MERAH JIWA SALAH


Popeye…

Satu saat…

Perjalanan jiwa tiba pada keadaan

Dimana segala keadaan yang kelilingi raga

Tiada lagi ber-rasa

Saat itulah…

Ia harus segera peluk raga

Jika tidak

Ia semakin terbang

Hingga lupa segala

Popeye…

Kestabilan jiwa

Ialah mampu olah segala potensi padanya

Apa yang di ingat saat taat

Apa yang di perbuat saat maksiat

Apa yang di raksa saat impah suka

Apa yang di jaga saat rundung duka

Popeye…

Ucap indah

Tak sesuai tingkah polah

Akan terbuang menyampah

Popeye…

Jangan kunci bibirmu dari nasehat

Walau lakumu berlumur lumpur/berlumpur maksiat

Hatimu hitam pekat


Popeye…

Kembalilah jadi pelaut tangguh

Ilmu memang angkuh

Kau harus mau hina bersimpuh

Mampu tahan seribu musuh

Segala keluh…

Jika enggan

Relakan hiasan kebodohan

Paraskan dungu dan jiwa rapuh…

Popeye…

Hanya pemuda yang tak berjiwa kerdil

Mampu berlaku adil

Imbang dalam keputusan

Tenang melangkah

Walau di lorong sempit berkerikil

Merekalah yang patut di ajak beradu dalil

Untuk terangkan hak dan bathil…

Popeye…

Malam yang kau sunyikan dari dosa

Mengajakmu fahami segala

Ia akan berkata

Alangkah puas

Adukan perkara pada Sang Kuasa

Alangkah indah

Bercinta dengan Sang pecinta

Alangkah bodoh

Tindak laku ceroboh

Alangkah pandir

Waktu berlalu tanpa apapun yang terukir

Dan kau akan berkata

Alangkah inginku

Setiap malam

Ialah malam tanpa noda hitam

Popeye…

Tutup komunikasi lahirmu

Maka

Dapatkan sinyal kuat dalam batinmu

Setelah itu…

Waspada dari segala jerat

Setan pula nafsu

Berontak ingin dirimu sekarat

Imajinasi di ajak melayang

Kitari lembah bimbang

Hanya mereka yang ber-hidayah

Takkan terjerat salah…

Popeye…

Merenung sesaat

Jiwa kembali sehat

Walau sebentar kemudian

Penyakitmu kembali kumat

Karena belum tersuntik kesungguhan taubat

BAYAM LATAHZAN


Popeyeku…

Jangan bersedih

Qodlo telah di tetapkan

Takdir pasti terjadi

Pena-pena telah mengering

Lembaran-lembaran catatan ketentuan

Telah dilipat

Semua perkara telah usai

Ditetapkan

Popeyeku…

Jangan bersedih

Kesedihan hentikan putaran roda zaman

Kesedihan mengikat matahari

Agar tak terbit

Kesediahan memutar balik jarum jam

Kesedihan adalah berjalan kebelakang

Kesedihan membawa air sungai

Kembali ke sumber semula…

Popeyeku…

Jangan bersedih

Kesedihan laksana angina puyuh

Kacaukan arah angin

Kesedihan membuat air bah dimana-mana

Kesedihan mengubah cuaca langit

Kesedihan menghancurkan bunga-bunga nan

Indah di taman

Popeyeku…

Jangan bersedih

Usiamu yang sebenarnya adalah kebahagiaan

Maka

Jangan habiskan dalam kesedihan

Jangan boroskan malam-malam mu

Dalam kecemasan

Jangan berikan menit-menitmu

Pada kegundahan…

Popeyeku…

Bukankah kau pelaut tangguh ?

Gigit bibirmu biar tak mengaduh

Tajamkan tatap biar tak mengeluh

Tegakkan kepala biar teguh

Popeyeku…

Di pundakmu segala beban

Di tanganmu segala kepercayaan

Di kakimu segala langkah tujuan

Popeyeku…

Cat saja bibir dengan lipstik

Jika sebentar-bentar

Bibir mencibir

Cat saja kuku-kuku

Jika sebentar-bentar

Takut dan hendak lari pengecut

Tak malukah dengan Dzakarmu

Jika sebentar-bentar resah

Hanya karena sesuatu yang semu

Popeyeku…

Bagaimana memimpin

Jika diri tak bisa kau pimpin

Tunjukan ototmu

Pamerkan otakmu

Bukankah sembilan akal

Telah besarkan angkuhmu ?

Popeyeku…

Tak ku sebut kau lelaki

Jika masih tak kenali diri


SANG NAHKODA


Popeye bersila

Terselip pipa dzikir di bibir

Para penumpang telah siap ikut

Kemana arah Sang Nakoda melaut…

Kapal popeye tinggalkan pantai

Arungi ombak

Hadapi badai

Cetak insan tuk jadi pandai

Setitik ilmu Tuhan di sebar

Otak di putar

Hati di asah tegar

Iman islam ihsan

Jadi acuan

Popeye si pelaut

Laut ilmu tak pernah surut

Hanya yang tak bernyali ciut

Takkan tinggalkan laut

Semakin dalam menyelam

Ternyata diri penuh kelam

Benarlah apa yang ter-Kalam

Andai setiap tetes air laut menjadi tinta

Ia akan habis

Sebelum ilmu Tuhan habis

Karena ia memang tiada habis

Popeye…

Mungkin satu cita telah tergapai

Tapi

Hakikat dari segala hakikat

Masih jauh dari tercapai

Popeye…

Kau telah jadi Nakoda

Pendidik para pelaut muda

Jangan lengah

Brutus nafsu

Brutus setan

Semakin gagah lincah

Jerumuskanmu ke jurang pongah

Jatuhkanmu ke ngarai salah

Popeye…

Cita-cita belum usai

Takkan usai sebelum usia usai


TUTUP USIA


Si pelaut itu telah renta

Telah hidup berhias cinta

Mulia oleh ilmu dan cita-cita

Penghormatan

Gelar penghargaan

Bungkukan cium tangan

Semua telah tampak semu

Lagi buat jemu

Popeye bosan

Hidup ini gudang kepalsuan

Dimanakah pintu kerinduan

Temui sang keabadian

Raga bernyawa berat dibawa

Wibawa tak layak temui sang jumawa

Kematian

Hanya itu kunci kehidupan

Kehidupan dalam keabadian

Popeye tengadah pasrah

Allah

Bukalah pintu yang kupinta

Izinkan aku masuk setelah kau barukan

Hatiku yang busuk

Kematian penuh kesakitan

Tak ingin kurasakan

Tak lama hari berselang

Di malam jumah berkah

Tengah malam diam

Si pelaut meregang nyawa

Melepas raga

Terbangkan jiwa

Di alam tak kasat

Ribuan malaikat

Iringi ruhnya berangkat

Menuju tempat berderajat

Disini…

Ribuan pelayat tersayat

Oleh kepiluan sangat

Kehilangan penuh penyesalan

Sungguh…

Hilang alim adalah bencana alam

Bumi hitam kelam

Saat mentari tenggelam

Dan mungkin

Kapal ini pun sebentar lagi karam

Hanya setan Brutuslah yang girang

Tak kepalang

Riang atas Bintang yang hilang

Allah…

Engkaulah yang menjemput nya

Pula Engkaulah

Yang kirimkan gantinya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar