IFTITAH
KHUTBAH PUISI
TERIAKLAH POPEYE
KHUTBAH PUISI
Bismillah
Kuterjang ombak
Bismillah
Kapalku bergerak
Bismillah
Dalam kata indah berserak
Alhamdulillah
Atas hamparan/laut terkabut isyarah
Ibrah kinayah
Mawdzoh dalam seni tawriyah
Sholawat salam untuk rosulillah
Muhammad putra abdillah
Penyingkap kelam
Rembulan malam
Pemutih hitam
Nakhoda islam
Waba’du…..
Ilmu laksana lautan
Luas tak bertepian
Pesantren bagai
Kapal kapal
Mengapung atau menyelam
Adakah kapal berjalan diatas aspal….
Para pencari ilmu kusebut pelaut
Berlayar diatas kapal kapal
Dibimbing guru sang nakhoda kapal
Satu nama dari animasi
Tokoh fiksi penuh aksi
Menghampiri imajinasi
Mengajakku berekspresi
Popeye sipelaut…..
Itulah teriak khasnya
Sang pencari ilmu
Begitulah ku memaknainya…
Tiga kata selalu mengelilinginya
Bayam,olive,brutus
Artikan dg yang sejurus
Tak di jelaskan agar penuh kebebasan
Biarlah kehendak yang mengartikan
Inilah sederet diksi
Kusebut khutbah puisi
TERIAKLAH POPEYE
Dipantai manapun berdiri
Laut biru membentang
Hanya sang pemberani
Mampu taklukan ombak menerjang
Popeye bocah…
Berenanglah
Ikuti aliran sungai ini
Kelak kau akan mengerti
Sampai mana aliran ini berhenti
Popeye……
Ayah bukan pelaut gagah
Tapi
Ayah ingin kamu melebihi ayah
Menjadi yang tak mudah kalah
Tak kenal menyerah
Teriaklah
Popeye si pelaut…..
Puisi puisi untuk almamater
KAPAL-KAPAL POPEYE
BUDI ASIH
MIFTAHUL ULUM
BA-CI-CIR
BAHRUL ULUM
WARDAYANI
RAUDATUL ULUM
BUDI ASIH
Usai sudah masa timang
Popeye belia mulai cari pandai
Canda tawa bocah
Rengek rewel berhias bawel
Celoteh yang terkadang aneh
Berseling nyanyian tanpa kesedihan
Berlarian di taman
Budi Asih
Bersamamu segala tingkah bocah
Bersamamu kami mulai melangkah
Meniti esok yang di harap cerah
Budi Asih TK ku
Kapal kecilmu membawaku
Kenali asinnya laut biru
Budi Asih
Atas budimu
Dalam asihmu
Kujabat budi serta asih
Budimu telah terpatri
Asihmu masih terasa hingga kini..
“MIFTAHUL ULUM”
Popeye si pelaut
Slogan teriak itu masih lirih
Popeye tampak tertatih
Miftahul Ulum
Bersamamu aku mulai melaut
Berkenalanan dengan ombak kecil eja kata
Di tiup semilir angka
Tujuh puluh dua bulan
Kau singgahkan aku di berbagai
Pulau pengetahuan
Belajar cinta ilmu
Belajar hormati guru
Belajar merindu buku
Miftahul Ulum
Kunci ilmu telah kau berikan
Kubekal tuk buka gudang pengertian
Miftahul Ulum
Laut masih terbentang
Banyak kapal dengan berbagai nama sandang
Kumohon darimu berkah
Tuk teruskan langkah
Temukan mutiara indah
BA-CI-CIR
Popeye si pelaut
Anak remaja itu tersenyum
Memandang laut biru
Di atas kapal baru
Di nakhodal seorang guru
Bacicin
Karang-karang kebodohan
Terkikis walau belum habis
Oleh ombakmu yang beterjangan
36 Bulan
Popeye melaut penuh tantangan
Labil jiwa remaja
Jadikan langkahnya serampangan
Setahun terakhir
Badai pergaulan salah
Buat popeye goyah
Brutus-Brutus mangajaknya lengah
Popeye terkapar tanpa sadar
Terhempas puting beliung
Lalu berteriak kasar
Aku berhenti melaut
Kening Sang ayah berkerut
Lalu sambarkan pecut
Jangan kau jadi pengecut
Popeye mengeluh dengan nyali ciut
Ayah…
Mungkin aku mabuk laut
Biarkanku sebentar nikmati kabut
Kuharap
Engkau tak menjadi kalut
Sang Ayah mundur selangkah
Popeye…
Besok kau kan sadari salah
Saat itulah kau akan kembali tergugah
Remaja itu tak peduli
Nafsunya riang menari
Sementara
Brutus bertepuk tangan
Berucap penuh kemenangan
Kau telah terjerat tali
“BAHRUL ULUM”
Semburat cahaya singkap pekat
Usai lalai dalam kesenangan singkat
Popeye kembali menggeliat
Aku belum terlambat…
Ia tumpangi kapal baru
Popeye si pelaut
Teriaknya lalu kembali arungi laut biru
Di kapal ini
Popeye bersalaman dengan FuQoha
Berjabat dengan para ahli tata bahasa
Berkenalan dengan para sufi mulia
Sementara…
Brutus yang tak merasa senang
Marah dengan hunusan pedang
Segala siasat ia pasang
Tuk satu kata
Agar langkah popeye terhadang
Begitulah…
Setelah tiga tahun melaut
Kabut kembali menyelimut
Popeye kalut lalu semaput
Sang Ayah pun kalang kabut
Ternyata…
Brutuslah yang kembali menang
Popeye di tendang terjengkang
Sang Ayah
Elus dada hadirkan lapang
Inilah badai dalam ilmu yang ganas menerjang
Sang Ayah lirih berbisik
Popeye…
Bersabarlah dalam rasa sakit
Menunggu pertolongan Allah lah
Jalan terbaik
Ayah yakin kamu kuasa lagi untuk bangkit…
“WARDAYANI”
Usai sudah tidur panjang
Popeye bangun lalu berteriak garang
Aku akan taklukkan gelombang
Akulah popeye si pelaut…
Hari ini…
Bekal bayam telah sedia
Doa Ayah bunda pun menyerta pula
Sang paman hadiahkan pipa
Inilah yang tak boleh kau lupa
Bibir yang selalu kepulkan dzikir
Dzikir keabadian…
Langit cerah
Popeye kembali melaut dengan sumringah
Dan…
Brutus pun telah bersiap tak mau kalah
Kapal sederhana ini
Mengajak mampir ke rumah-rumah di pulau
Penuh seni
Mata popeye jelalatan
Pandangi segala keindahan
Bagaimana bertutur kata
Bagaimana bertingkah dengan cinta
Bagaimana berfikir penuh pola
Di sinilah…
Cambuk-cambuk sang gurumemarkan jiwa
Betapa diri berlumur dosa
Berhias alpa
Disini pula…
Enam tahun penuh tantangan
Lautan yang takan terlupakan
Sang nakhoda yang penuh kewaspadaan
Popeye singgahi berbagai fan…
Disana entah dimana
Brutus seolah menyerah
Gamang melihat popeye tak tergoyah
Berdiri acungkan bendera penuh gagah…
Popeye selendangkan kewaspadaan
Kemenangan ini bukan akhir perjalanan
Laut-laut lain telah siapkan tantangan
Tak ada kemenangan sebelum datang kematian…
Popeye tunduk bertawarruk
Melapor diri penuh khudu…
Di hadapnya…
Sang guru tersenyum faham
Pergilah tuk semakin mengerti
Putih dan hitam
Popeye pun beranjak
Menuju ombak lain yang semakin galak
Lantang ia berteriak
Popeye si pelaut…
‘RAUDLATUL ULUM”
Di geladak APRU...
Ia saksikan ombak yang menderu
Amboi…
Indah nian laut ini
Amboi…
Kapal ini begitu kamal
Lengkap serta nakhoda sigap
Sang faqih lagi sufi
Sang mutafannin pelaut sejati
Hari-hari terlewati
Malam di atas kapal ini penuh bintang
Siang di atas kapal ini selalu terasa panas
Terkekang..
Di gua tersembunyi
Brutus siapkan tali
Tuk menjerat para pencari kitab suci
Dengar popeye ancamnya
Kau kan ku suntik mati
Dengan virus berbangga diri
Dalam waspada…
Popeye mundur bertafakkur
Kau memang tak bias kuajak akur
Selalu mengejarku kemanapun uku kabur
Sang nakoda selalu setia
Mewanti-wanti agar selalu siaga
Hadapi diri yang jumawa pun
Setan musuh yang nyata
Allah
Hanya engkau tambatan jiwa
Pelindung dari dua musuh yang nyata
Setan jin pun manusia
Juga diri sendiri yang sulit di tata
RAYU HALUS BRUTUS
SETAN
NAFSU
HATI-HATI
SETAN
Brutus Setan
Setan Brutus
Entahlah apa saja kau sebut
Binasalah kau
Selalu ingin kami dalam luput
Binasalah kau
Selalu selimutkan kabut
Berteman denganmu
Berteman dengan sejelek-jelek teman
Berkawan denganmu
Jatuhkan diri ke jurang penyesalan…
Popeye teriak
Engkau musuhku yang nyata
Tapi tak kasat mata
Hanya satu senjata
Setelah semua senjata tak berguna
Berlindung pada sang kuasa…
NAFSU
Inilah brutus bermuka halus
Tak bias kubunuh walau telah kuringkus
Ada dalam diri
Pun jadi jatidiri
Aku,Ego,diri,nafsu
Entah apalagi namamu
Kau musuh dalam selimut
Kemana pergi selalu ikut
Popeye menerjang
Brutus
Kau harus terus ku kekang
Kau selalu inginkan yang di larang
Brutus
Kuseret kau dengan tali abdi
Ku ikat kau dengan rantai taat
Brutus
Berlindung pada Tuhan ku
Adalah obat terakhir dari penyakit mu
HATI-HATI
Popeye…
Untuk apa kau terus melaut
Tak guna ilmu selaut
Jika lakumu tetap saja tak patut
Popeye…
Kau telah tampak gagah
Dalam cerah kau tampak lebih cerah
Dalam gelap cahayamu tak tergoyah
Kemarilah…
Kita nikmati sebentar senggang yang indah
Ragamu bukanlah sapi perah
Jangan kau peras hingga begitu lelah..
Popeye…
Simpan pipa dzikirmu
Katupkan saja bibirmu
Bukankah yang terpenting ialah hatimu?
Popeye…
Buat apa sholat?
Buat apa bersyariat?
Bukankah mutiara adalah hakikat?
Popeye…
Dalam gelapku kurasakan tenang
Dalam cahayamu kau terus bimbang
Kemarilah bersenang-senang
Hidup sekali jangan kau biarkan hilang…
Popeye…
Dalam masa dewasa
Kau masih saja bebani orang tua
Lihat !
Sebayamu telah pandai cari biaya
Sedang kau asyik dengan tangan terbuka
Popeye…
Adakah siksa?
Adakah surga?
Tak ada yang berguna
Tak ada yang durjana
Semua usai setelah kematiannya…
Popeye…
Kau sudah cukup usia
Pandangan mu banyak tersia-sia
Segeralah cari pendamping setia
Laut ilmu takan ada tepinya…
Popeye…
Ayolah kemari
Bersamaku riang menari
Nikmati senyum para bidadari
STORY OF LOVE 1
NO PACARAN YES PENGETAHUAN
KAPAN KAWIN?
JATUH HATI
SI OLIVE
NO PACARAN YES PENGETAHUAN
Popeye remaja terpana
Menatap keindahan sang bianglala
Ia gelisah
Ia resah
Cinta belia menusuk tak tertadah…
Dalam rapuh
Popeye berusaha teguh
Dalam gelisah
Popeye bersusah payah agar tak goyah
Aku tak boleh kalah
Cita citaku bias tak tentu arah
Oleh cinta yang salah
Aku masih tunas
Bermain cinta tentu tak pantas
Pergilah…!
Kau hanya buatku tergilas
Oleh buaian sekilas…
Popeye selamat
Duri cinta mampu terlewat
Walau ia rasa nafsunya sekarat
KAPAN KAWIN ?
Tahun ganti Tahun
Seiring cita-cita yang belum terhenti
Cinta demi cinta pun tak kunjung mati
Walau sengaja di anggap mati…
Kini…
Popeye telah berubah
Usia telah semakin bertambah
Pulau-pulau ilmu masih banyak yang belum tersinggah
Tapi…
Angan-angan itu terlintas sudah
Popeye bimbang
Segala sudut ia pandang
Untuk satu keputusan imbang…
Ya…
Aku harus temukan pendamping
Yang mau temani berkeliling
Menuju pulau-pulau asing
Seorang pendamping tangguh
Yang tak kenal keluh
Yang semangatiku saat lusuh
Yang bisa buat diriku kukuh teguh
Tuhanku…
Dimana dia ?
Seorang peri setia
Yang jadikan diri ini di hadapmu jadi mulia
Yang buat pandanganku pada ilmu selalu ceria…
Tuhanku…
Panjatanku penuh kesungguhan
Kuharap sangat kau mengabulkan
Siapapun yang kau kirimkan
Kuterima penuh kerelaan…
JATUH HATI
Hari yang akan terlukis dalam kenang
Saat deras gelombang
Di atas selancar yang bergoyang-goyang
Selukis senyum tampak mengembang
Manyapa seolah berkata
Akulah yang akan mengusir bimbang
Lalu…
Dua tatap cahaya saling beradu
Saling suguhkan ragu
Di balik tembok malu
Masing-masing seakan bertanya
Bolehkah ku tahu namamu ?
Sungguh…
Entah siapa yang memulai dan
Sang pemuda sebut nama
Aku popeye
Aku olive
Jawab sang gadis penuh gemulai
Sungguh…
Seiring waktu berputar
Dua insan itu terbawa angin memusar
Membawa keduanya tanpa sadar
Dalam pening asmara yang kian mencakar
Lambat laun…
Popeye berteguh
Inikah uku ?
Masihkah aku pelaut yang dulu ?
Tahan pada seribu nafsu
Kukuh dengan akal seribu…
Bukan…
Aku bukan popeye dulu lagi
Popeye dulu sedang mati suri
Atau mungkin telah mati…
Siapa dirimu Olive ?
Kaukah kiriman Tuhan ?
Atau setan brutuskah yang mengirimkan ?
Hening…
Tak satu jawab pun berdenting…
Popeye mengadu
Tuhan…
Jikalah engkau yang mengirimkan
Kuharap penuh kemudahan
Jika bukan
Aku akan lari dari jerat setan
Cukup sampai ini kami lakukan kesalahan
Bercinta dalam lemahnya ikatan
Popeye bangkit
Tengadah menatap langit
Lalu dengan kuat menjerit
Popeye si pelaut…
SI OLIVE
Popeye…
Seperti engkau
Aku seorang pelaut
Walau berparas lembut
Popeye…
Seperti engkau
Cita-cita kugantung dilangit
Demi itu
Cinta ku buat sempit
Popeye…
Seperti engkau
Sejalan usia bertambah
Malamku sering berhias gundah…
Popeye
Seperti engkau
Sepertiga malam kutengadah
Meminta agar di suakan pelaut gagah
Popeye…
Seperti engkau
Pulau ilmu banyak yang belum ku kunjungi
Kuharap ada yang mampu mengiringi
Menyertaku menggapai cita-cita tinggi
Popeye…
Seperti engkau
Menatap cahayamu pandangku silau
Aku sungguh terpukau
Popeye…
Seperti engkau
Aku berselimut ragu
Engkau kah kiriman Tuhanku ?
Atau hanya jelanaan dari bisik halus
Nafsuku…
Popeye…
Seperti engkau
Saat sadar telah terkapar
Sungguh aku gentar
Inikah yang akan pudarkan cita-cita
Yang telah ku gambar
Popeye…
Sekarang ku tegaskan
Tinggalkan aku jika tak penuhi harapan
Kutinggalkan engkau jika ucap
Tinggimu hanya buaian…
Popeye…
Aku wanita yang hanya bisa menunggu cinta
Seiring langkahku menuju cita-cita
Tapi…
Hatiku kukuh berkata
Engkaulah penghapus air mata
Maka
Kujeritkan dalam pinta
Allah…
Biarkan tunas cinta
Subur bersama cita-cita
Allah…
Mudahkan jalan
Sesuaikan keadaan
Dengan apa yang engkau pinta
Dalam Takdir yang tertata
REHAT
Pelaut yang giat
Sekalah dulu tubuhmu yang berkeringat
Otakmu bisa sekarat
Jika kau putar terus tanpa istirahat
Bersendalah sejenak
Cari udara segar tuk usir sesak
Berdirilah shalat beberapa rakaat
Pusatkan hatimu pada Nya sesaat
Kau kan dapat ilapat
Bermainlah di taman Suci-Nya
Dapatkan inspirasi dari keindahannya
Tangkap isyarah dari kelembutannya…
Atau…
Ambilah bait-bait pujangga
Bernyanyilah bahar thowil, rojaz, mutadarik,
Atau kamil pun selainnya…
Setelah segar
Kembalilah bersiap
Pasangkan otak tegak
Arungi ombak galak
Teriaklah…
Popeye si pelaut....
MUTIARA
ILMU
MARHABA
ASMA BADAR
SHALAT JAMAAH
SENYAP MALAM
SHIYAM
AL-WIRDU WAL WARID
BACA TULIS
LA ILAHA ILLALLAH
I L M U
Betapa lelah ku berenang
Lautmu masih saja luas terbentang
Makin banyak airmu kuteguk
Hausku semakin mengamuk
Kapan kutemukan hakikatmu
Aku tak akan
Karena terburu jemu
Kapan kurasa manismu
Atau tak akan
Karena lidahku terburu kaku
Ilmu…
Harus bagaimana lagi aku merendah
Agar mengalirmu bagai air bah
Harus bagaimana lagi kuhina diri
Agar muliamu datang menghampiri
Harus bagaimana lagi aku meratap
Agar angkuhmu sudi menghadap
Oh…
Betapa garang kau menatapku
Tak pantaskah aku karib denganmu
Oh…
Betapa sinis tatapmu padaku
Haruskah aku terus menjadi dungu ?
Oh…
Betapa jijik mu padaku
Apakah hatiku memang begitu bau ?
Ilmu…
Aku bersolek dan merayu
Tapi tak kunjung pula engkau mau
Bingungku membujukmu
Atau
Kau anggap aku tak sungguh mencintaimu
MARHABA
Di taman penuh wewangian
Di malam penuh kemuliaan
Kami lantunkan pujian
Untuk sang teladan
Pemilik keagungan
Marhaba Ya Rasullah
Marhaba Ya Habiballah
Selamat datang paduka
Memujimu hilanglah duka
Kedatanganmu suguhkan suka
Purnama
Matahari
Wahai wajah tanpa cacat
Sepadanmu tak pernah terlihat
Kekasihku
Bahagialah menatap wajahmu
Di hari nanti
Kami datang ke telagamu
Malam jumat ini
Seperti yang terlewat
Kami berteriak hingga serak
Lantunkan pujian pengusir sesak
Kami duduk berbaris
Antri menunggu kasihmu yang tak pernah habis
ASMA BADAR
Lantun indah istighotsah
Dalam irama kamil
Yang dinginkan jiwa hingga menggigil
Bacalah ‘Risalah aslilQodar’
Karya seorang ulama besar
Berwasilah dengan nama-nama pejuang tegar
Para pioner badar
Hilanglah susah
Terbanglah resah
Sirnalah gelisah
Menyebut mereka
Musuh-musuh menutup muka
Menyebut mereka
Pintu sang kekasih terbuka
Menyebut mereka
Jiwa sembuh dari luka
Menyebut mereka
Segala hajat terlaksana
Menyebut mereka
Hilang segala luka duka
Lihatlah sejarah
Pasukan besar kuffar telah kalah
Oleh pasukan kecil berkaromah
Bukalah ‘Jaliyyatulkadar’
Alangkah agung Ahli badar
Buka pula ‘Jabril kasar’
Penjelasan faidah indah terjajar
Maka…
Tak usah gusar
Istiqomahlah ber asma badar
Segala kesulitan kan memudar
SHALAT JAMAAH
Berbaris lurus rapat
Berlomba dapatkan shaf pertama
Bersama khusyu menghadap
Indah salat jamaah
Siratkan kesatuan tak terpecah
Sembunyikan sir-sir tak terjamah
Dua puluh tujuh derajat kudapat
Walau yang kami dapati bertingkat-tingkat
Berjamaah
Bersimpuh bersama di hadapan Sang gagah
Bersama untaikan rindu pada Sang indah
Setan-setan mundur kabur
Gentar muslimin terlihat erat
Sedih menatap jiwa-jiwa yang mantap
Berjamaah…
Olehmu laku tingkah jadi terarah
Olehmu hilang semua gundah
Olehmu semangat membuncah
Padamu seribu faidah
Tak rugikah aku remehkanmu ?
Tak menyesalkah aku abaikanmu ?
Maukah aku mementingkanmu ?
Mampukah aku usir malas mengejarmu ?
SENYAP MALAM
Inilah saat ijabah
Saat Tuhan turunkan rahmah
Senyap malam
Saat semua lelap dalam lelah
Maka
Berjagalah…
Dalam senyap
Tergambar diri yang penuh khilaf
Terbayang di hari nanti
Bagaimana diri menjadi kalap
Saat sunyi
Dengan tasbih para binatang malam bernyanyi
Seiring para pendosa yang lupa diri
Dua rakaat saja
Sungguh tak terkira berharga
Dalam genang air mata
Ratapi Lumpur dosa
Senyap malam
Kapan tak kuisi kau dengan kelam ?
Kapan tak kubalut kain hitam ?
Kapan kau jadi pualam yang ku idam ?
Saat siang
Pandangku bimbang
Langkahku pincang
Dan…
Saat gelap
Letihku sangat lalu terlelap
Tak sedikit pun waktu
Tuk berusaha menyatu
Dengan Sang Maha Satu…
Oh diri ini
Di hari nanti
Sesalmu kan tak berarti
Sungguh saat itu
Hanya ada rasa pilu
Hanya ada andai kembali
Tuk perbaiki diri
Dan
Hanya kata mustahillah yang terjadi
SHIYAM
Tiada tahu orang yang belum merasa
Tiada mengerti orang yang baru sebatas
Perut saja sudah penuh ‘rasa’
Bagaimana bisa mengerti jika perut saja
Belum bisa puasa
Puasa…
Menahan diri yang bermacam keinginan
Puasa…
Menyeleksi keinginan-keinginan
Pandang mata selalu ingin menatap keindahan
Watak diri selalu cenderung pada larangan
Tak cuma tatap mata
Semua indra
Bahkan setiap anggota harus tertata
Tak di komando keinginan semata
Puasa
Denganmu menahan diri jadi mudah
Tapi
Memaksa diri menetapimu sungguh susah
Puasa….
Denganmu tubuh jadi sehat
Mesin perut cukup istirahat
Tubuh punya waktu rehat
Fikiran tak jadi pekat
Hati semakin mengkilat
Sayang
Nafsu selalu saja merengek
Meminta suapan nikmat sesaat…
Ah puasa diri
Dimana engkau
Padaku hanya ada ber‘ puas-puas’diri
Padaku hanya ada kepentingan pribadi…
AL-WIRDU WAL WARID
Wirid laksana pohon
Warid tak ubahnya buah
Pohon tak mesti berbuah
Tak ada pohon tak ada buah
Tanam saja pohon-pohonmu
Sirami biar tak mati
Beri pupuk biar tumbuh gemuk
Tak usah berharap buah
Jika sudah musim pastilah berbuah
Bagaimana kau inginkan warid
Sedang tak kau pendam pun satu bibit
Bagaimana kau mau tanam pohon
Jika tak tahu apa guna pohon ?
Lihatlah…
Mereka orang-orang mulia
Pada wiridnya selalu setia
Berkomitmen
Konsisten
Penuh konsentrasi
Pula konsekuen
Dan…
Mereka tersenyum saat musim panen
Sedang kamu
Pula aku
Jadwal tak tertata
Planning pun tiada
Waktu tersia-sia
Semua serba seketemunya
Bagaimana bisa mengetam
Jika tak pernah menanam ?
Bagaimana bisa memetik buah
Jika pohon telah di tebang lengah ?
BACA TULIS
Hewan liar itu harus kau kejar
Di Belantara Kitab-kitab
Di Hutan biku-buku
Di Rimba diri
Di Balik segala yang tercipta
Hewan yang telah terikat
Harus di pelihara di rawat
Baca Baca Baca
Jangan terlewat
Hewan yang masih belum terikat
Tangkap
Lalu ikat dengan tulisan yang kuat
Bagaimana bisa tahu
Jika malas buka buku
Bagaimana bisa tahu
Kitab-kitab hanya terpajang bisu
Bagaimana bisa tahu
Diri ini tak diteliti
Bagaimana bisa tahu
Jika yang tercipta
Di pandangi dengan mata buta
Kapan kurindu buku ?
Kapan kurasa kalap tanpa kitab ?
Kapan kujadikan pena kekasih setia ?
Kapan kutahu diri bisa memberi
Palajaran seluas lautan ?
Kapan mata terbuka
Pada hikmah dari yang tercipta ?
LA ILAHA ILLALLAH
Popeye…
Ikuti ucapku
la ilaha illallah
la ilaha illallah
la ilaha illallah
Popeye
Konsentrasi memusar
Bibir biar bergetar
la ilaha illallah biar menjalar
Dalam aliran darah
Merasuk sukma
Terbangkan jiwa
Mengawal akal
Sinari hati
Menyapa kotor nafsu
la ilaha illallah
Pengiringmu dalam langkah
la ilaha illallah
Melarut dalam darah
la ilaha illallah
Mendetak jantung
Mengajakmu terapung
Mengusir bingung
la ilaha illallah
Kenapa harus takut
la ilaha illallah
Kenapa harus resah
la ilaha illallah
Kenapa harus merana
la ilaha illallah
Kenapa harus segala
Padahal
Tiada kecuali Allah
Padahal la ilaha illallah
STORY OF LOVE 2
GET MARRIED
MESRA
BAINA AL HIMMAH WAL MAHABBAH
GET MARRIED
Jumah berkah…
Popeye kulum senyum
Mencium wangi bangunan harum
Di sentuhnya perlahan
Lalu berucap pelan
Jangan berhenti tebarkan aroma
Tak cuma wajahmu buatku terpana
Harum katamu lebih menawan rasa
Entah hanya mimpi
Atau memang terjadi
Di latar suci
Di depan penghulu
Pula para kyai
Si pelaut duduk tertunduk
Dengarkan kalimat ijab dengan khusyuk
Ya popeye…
Ankahtuka wa zawwajtuka
Mawliyyati Olive binti Adams
Bimahri hadzal mushaf
Wahadzihil kutubi naqdan…
Lalu
Tanpa ragu dan tiada gagu
Si pelaut ucap qobiltu…
Langit cerah
Wajah-wajah sumringah
Sambut sepasang insan dalam ikatan sah
Sementara
Setan brutus menjerit
Menyesal siasatnya morat marit
Dalam gelap ia berbisik
Rumah tanggamu akan ku usik
Sungguh
Setan manapun akan pusing
Melihat dua sejoli bersanding
Bak raja dan ratu bertahta gading
Dalam ikatan suci bening
Sungguh
Setan manapun akan menggerutu
Menyaksikan dua insane menyatu
Dalam larut cinta dari Sang maha satu
Berbahagialah
Bina cinta dalam nikah
Berbahagialah
Bina cinta dalam akad sah
Berbahagialah
Tak ada kebahagiaan
Seperti kebahagiaan pengantin yang berbahagia
MESRA ILMU
Istriku…
Andai aku fi’il
Engkaulah fail
Pula sebaliknya
Takkan terpisahkan
Walau kalimat-kalimat lain
Memaksa ada di tengahnya
Suamiku…
Andai engkau Mubtada
Akulah khobar Mubtada
Selalu ada keduanya
Walau terkadang salah satunya
Ada dalam kira-kira/perkiraan saja
Istriku…
Andai aku wazan fi’il
Engkaulah Mauzunnya
Selalu berimbang keduanya
Walau usai rumit dalam prosesnya
Suamiku…
Andai engkau nahwu
Akulah shorof nya
Bapak dan ibu dari anak-anaknya…
Istriku…
Andai aku musnad
Engkaulah musnad ilaihnya
Saling bersandar dalam kasih isnadnya
Suamiku…
Andai Engkau musyabbah
Akulah musyabbah bih nya
Kita terikat dalam sayang tasybihnya
Istriku…
Andai aku ma’ani
Engkaulah bayannya
Adakah balaghoh tanpa keduanya?
Suamiku…
Andai engkau maudlu’
Akulah mahmulnya
Adakah qodiyyah hamiliyah tanpa salah-satunya ?
Istriku…
Andai aku muqoddam
Engkaulah talinya
Adakah qodiyyah syartiyyah
Tanpa salah-satunya?
Suamiku…
Andai engkau mu’arrof
Akulah ta’rifnya
Harus selalu imbang iftirod atau in’ikasnya
Istriku…
Andai aku sughro
Engkaulah kubronya
Adakah natijah qiyas jika terpisah keduanya
Suamiku…
Andai engkau da’wa
Akulah dalilnya
Di terimakah da’wa tanpa ada dalilnya
Istriku…
Andai aku bermunadzoroh
Engkaulah mantiknya
Bagaimana berdebat, jika logika sekarat
Suamiku…
Andai engkau wazan syi’ir
Akulah mauzunnya
Selalu imbang dalam timbang taqti’nya…
Istriku…
Andai Engkau ‘arudl bait
Akulah dlorobnya
Selalu sama dalam qofiyyah nya…
Suamiku…
Aku lelah
Engkaulah pengusir lelah…
Istriku…
Kemarilah ku dekap
Bersama kajian kitab-kitab
Di saksikan senyap
Kita menyelam di laut arab
Tidak suamiku…
Tutup dulu kitab-kitab mu
Jadikan aku kitab itu
Bacalah aku dengan tatap rindu
Goreskan tintamu dengan cahaya qalbu…
BAINAL HIMMAH WAL MAHABBAH
Di sela kebahagiaan
Popeye berbisik pelan
Olive ku
Cinta kita telah menyatu
Tak terpisahkan
Tapi
Cita-cita ku belum tertunaikan
Istriku…
Berat ini harus kupikul
Meninggalkanmu hatiku masyghul
Tapi…
Demi tinggi asa
Kubunuh seribu rasa
Istriku…
Jaga kehormatan saat kutiada
Kita pasrah di manapun berada
Aku pergi dan akan kembali
Memang…
Dengan harga tinggi
Mutiara harus dibeli
Istriku…
Tak usah termakan hasutan
Ingatlah petuah Al-hakim Luqman
Apapun yang kita lakukan
Mereka tak henti bercibiran…
Istriku…
Semakin melangit harapan
Semakin kencang pula angin yang di rasakan
Mungkin…
Sekian waktu kita tak bertemu
Itulah harga untuk ilmu
Kuharap kau tabah
Tak usah gelisah
Kuatkan hatimu tuk berpasrah…
Popeyeku…
Tak usah merayu
Tak perlu kau ragu
Cinta kita karena ilmu…
Suamiku…
Berat bebanmu sama kurasa
Masygul hatimu pula kuderita
Tapi…
Demi tinggi asamu
Kumatikan rasaku
Kubiarkan air mata membeku
Suamiku…
Melautlah dengan gagah
Kujaga kehormatan di rumah
Dengan iffah dan hati pasrah
Pergi dan segeralah kembali
Bawa untukku mutiara yang kau beli
Suamiku…
Petuah Al-hakim luqman
Terpatri dalam ingatan
Apapun kata mereka
Tak jadikan suka pula duka
Suamiku…
Kau telah gigit bibirmu hingga berdarah
Kau merubah diri jadi raja tega
Demi ketinggian asa
Kau tutupi mata cinta dengan kain tak peduli…
Maka…
Kuusap darah itu dengan tabahku
Kuhadapi raja tegamu dengan pasrahku
Kutunggu tak pedulimu berubah jadi setumpuk rindu…
Suamiku…
Jangan takut angin kencang
Bukankah dengannya kita akan semakin serbang ?
Lihat…
Langit semakin dekat
Lihat
Topan itu mulai pergi ketakutan…
MANTRASASTRA
SEMAR MESEM
JARAN GOYANG
KENTUT SEMAR
SUGIH TRAJINGGA
NGELOM
SEMAR MESEM
Purnamaku purnama Yusuf
Suaraku suara Dawud
Cahayaku Cahaya Muhammad
Sapa sing deleng
Bakale koleng
Sapa sing ngerungu
Bakale ngelelungu
Sapa sing kesorot
Akale bakal pedot
Sing tak tuju
Ora bisa melayu
Sing tak pingin
Marek di gawa angina
Sing tak karep
Ndepe-ndepe teka madep
Aja ngelawan
Kita ora kelawan
Aja nampik
Nampik iku ora becik
Bismillah, Bismillah, Bismillah
Sira teka atine pasrah…
JARAN GOYANG
Banyu mili marek ingsun
Beni ngobong manut ingsun
Semeliwir angin marani ingsun
Lemah jaluk-jaluk di edek ingsun
Lanang gagah
Bakale kalah
Lanang jagat
Bakale sekarat
Aja mbangkang
Sing mbangkang njengkang
Aja ora manut
Sing ora manut semaput
Iki
Aji-Aji Srikandi
Di sebulaken pastine mandi
Bismillah Bismillah Bismillah
Banyu geni angin lemah
Tekaningsun atine pasrah…
KENTUT SEMAR
Jaduke awak
Sakti ati
Landep ilat
Duwe apa sira wani-wani
Aja wani-wani lamun wedi mati
Tut-tut-tut
Sira kabeh pada rebut
Tut-tut-tut
Sing ora kuat,semaput
Tut, tut, tut
Sing kuat dadi manut
Tut, tut, tut
Elmu sira kabeh ilang di gawa semut
Dadi sira wong langka patut
Dadi aku sing paling Thalut…
SUGIH TRAJINGGA
Sumugihku teko awakmu
Tekamu marahi ngamuke nafsu
Sumugihku teko awakmu
Tekamu ngajaki galakku metu
Sumugihku teko awakmu
Tekamu gawa jumawa
Sumugihku teko awakmu
Senengmu adu lan poropadu
Sumugihku teko awakmu
Ora sumugihku dadekno ati beku
Sumugihku teko kabehmu
Ngeliyani ingkang Maha sumugih
Mongko aku ora bisa sumugih…
NGELOM
Robbisyrohli sodri
Jembar ati
Kebek ati elmu sejati
Robbisyrohli sodri
Jembar ati
Banyu sing jaba manjing mili
Robbisyrohli sodri
Banyu sumberan pada metu
Ora mati-mati
Ngelome pangeran ora kegebagan
Ngelome pangeran ora kitungan
Ngelome pangeran kanggo ati suci
Ngelome pangeran kanggo ati sing ora mati
Jembar ati
Jembar ati
Jembar ati
Robbisyrohli sodri
PROBLEMA
BAINAL HIMMAH WAL MAISYAH
JANJI PASTI
SARANG PENYAMUN
POLIGAMI
BAINAL HIMMAH WAL MAISYAH
Popeye tertegun
Meratap dalam tatap
Genang bening membelai pipi putih
Olive seakan tak lagi tahan perih
Istriku
Masihkah kau bisa tabah
Hidup bersamaku dalam segala susah
Sempit maisyah demi Himmah
Istriku
Lupakan akan ikrar
Kita akan tegar
Demi himmah yang di kejar
Istriku
Semua serba kurang
Ini bukan masalah sayang atau tak sayang
Tapi
Keadaanku lah yang belum lapang…
Istriku
Hanya maafmu kuharap terbentang
Atas segala kurang
Sabarlah…
Mentari kan segera benderang…
Suamiku
Air mata ini bukan isyarah hilang tabah
Aku hanya sedih
Selalu melihatmu berjubah susah
Rela sempit maisyah
Demi setumpuk himmah
Suamiku
Ikrar kita masih kuat dalam dengar
Tegarku takkan pudar
Kuikuti kemanapun kau berlayar
Suamiku
‘Kurang’hanya untuk hati yang tak lapang
Bagiku…
Engkaulah kasih sayang
Buat apa lapang jika dirimu hilang
Suamiku
Kenapa harus meratap maaf
Jika tak sedikitpun khilaf
Andai pun…
Pintu terbuka tanpa kau pinta
Suamiku
Mentari telah kulihat usai kita saling terikat
Walau hari masih gelap
Peci dan jilbabpun berpelukan
Air mata memata air
Kala terdengar rengekan buah hati minta jajan
Sementara
Tak sepeserpun di tangan
Popeye menggigit bibir
Inilah sebuah ujian
Sebongkah halangan
Akankah si pelaut tak jadi ciut
Tuk terus buru Himmah
Dalam ma’isyah sempit menghimpit
JANJI PASTI
Sungguh
Beserta kesulitan satu ada kemudahan seribu
Sungguh
Beserta kesulitan ada kemudahan
Masihkah terselimuti keraguan ?
Siapapun yang taqwa
Allah jadikan jalan keluar
Allah beri rizki dari jalan tak tergambar
Allah mudahkan urusannya kelar
Allah sediakan ampunan jembar
Allah lipatkan pahala dari kebaikan selembar
Masihkah ku bertatap gelap ?
Tak cukupkah janji Tuhan tuk modal
Keteguhan ?
Masihkah aku tak percaya ?
Lalu pada siapa lagi aku percaya ?
SARANG PENYAMUN
Angkuh subur tumbuh
Membelukar sangar
Halangi pasukan kebenaran
Menutup cahaya ketuhanan
Hanya karena setitik ilmu
Kupandang selainku dungu
Hanya karena sepetak harta
Kupandang selainku hina
Hanya karena sekursi tahta
Kupandang selainku nista
Rumahku tak lagi anggun
Berubah jadi sarang penyamun
Kelebat panjahat
Jadikan malaikat minggat
Rumahku semakin sempit
Sesak sekian penyakit
Rumahku tak lagi ramah
Tak lagi di singgahi tamu ilmu
Hanya berhuni resah
Tamu siapa yang sudi singgah
Jika sang empu begitu pongah ?
Duhai
Diri yang tak mawas diri
Sampai kapan penyamun-penyamun itu
Kuasai diri ?
Sungguh
Saat hati mati
Selaut ilmu tiada berarti
Sungguh
Bagaimana ia hidup
Jika ilmu terasa jemu
Oh…
Kusolek paras
Hatiku mati tergolek
Oh…
Ku parfumi tubuh
Sedang hatiku bau lagi keruh
Oh…
Kusegarkan badan
Hati tak kusiram dalam kelayuan…
POLIGAMI
Istriku…
Mendua bukan hilang setia
Maka…
Tak usah lara
Hanya karena label ‘Istri tua’
Atau di sampingku ada istri muda
Istriku…
Walau kumendua
Kau tiada duanya
Ucap ujarmu cerminkan jiwa mulia
Suamiku…
Lelaki memang pandai bicara
Berdalih,tutupi topeng buaya
Tapi ada daya
Inilah ujian wanita/kaum kebaya
Kuharap
Kau imbang dalam antara
Aku tak rela kau terhina
Buntuti nafsu semata
Suamiku…
Tak usah merayu
Rayumu bukan untukku saja
Kuharap
Istri mudamu tak beda
Penuh cinta
Tak berjiwa nista
Istriku…
Kemarilah kudekap
Menjauhimu jiwaku gelap
Marahmu
Buat hatiku kalap
Suamiku…
Aku bukan pemarah
Marah bukan cerminan salehah
Kuharap
Kau jadi teladan
Penuh bimbingan
Istri-istrimu penuh kelemahan
Istri-istrimu butuh tuntunan…
IKHTITAM
SEIKAT BAYAM HIKAM
BAYAM MERAH JIWA SALAH
BAYAM “LATAHZAN”
SANG NAKODA
TUTUP USIA
SEIKAT BAYAM HIKAM
Popeye…
Jangan berkurang harapan
Usai jatuh dalam jurang kesalahan
Popeye…
Cita-cita yang kau gantung di langit
Doa-doa malam penuh jerit
Takkan geserkan takdir walau sedikit
Popete…
Payah untuk dapatkan sesuatu yang sudah
Dalam tanggungan Tuhan
Santai pada suatu yang di bebankan Tuhan
Merupakan isyarah mata hati dalam kebutaan…
Popeye
Kondisi jiwa yang tiada sama
Sejalan dengan pengabdian beraneka warna
Maka
Sesuaikan warna dengan kondisi jiwa
Popeye…
Tanam jiwamu dalam tanah tak di kenal
Biarkan ia hanya kenal
Dan di kenal Sang kamal…
BAYAM MERAH JIWA SALAH
Popeye…
Satu saat…
Perjalanan jiwa tiba pada keadaan
Dimana segala keadaan yang kelilingi raga
Tiada lagi ber-rasa
Saat itulah…
Ia harus segera peluk raga
Jika tidak
Ia semakin terbang
Hingga lupa segala
Popeye…
Kestabilan jiwa
Ialah mampu olah segala potensi padanya
Apa yang di ingat saat taat
Apa yang di perbuat saat maksiat
Apa yang di raksa saat impah suka
Apa yang di jaga saat rundung duka
Popeye…
Ucap indah
Tak sesuai tingkah polah
Akan terbuang menyampah
Popeye…
Jangan kunci bibirmu dari nasehat
Walau lakumu berlumur lumpur/berlumpur maksiat
Hatimu hitam pekat
Popeye…
Kembalilah jadi pelaut tangguh
Ilmu memang angkuh
Kau harus mau hina bersimpuh
Mampu tahan seribu musuh
Segala keluh…
Jika enggan
Relakan hiasan kebodohan
Paraskan dungu dan jiwa rapuh…
Popeye…
Hanya pemuda yang tak berjiwa kerdil
Mampu berlaku adil
Imbang dalam keputusan
Tenang melangkah
Walau di lorong sempit berkerikil
Merekalah yang patut di ajak beradu dalil
Untuk terangkan hak dan bathil…
Popeye…
Malam yang kau sunyikan dari dosa
Mengajakmu fahami segala
Ia akan berkata
Alangkah puas
Adukan perkara pada Sang Kuasa
Alangkah indah
Bercinta dengan Sang pecinta
Alangkah bodoh
Tindak laku ceroboh
Alangkah pandir
Waktu berlalu tanpa apapun yang terukir
Dan kau akan berkata
Alangkah inginku
Setiap malam
Ialah malam tanpa noda hitam
Popeye…
Tutup komunikasi lahirmu
Maka
Dapatkan sinyal kuat dalam batinmu
Setelah itu…
Waspada dari segala jerat
Setan pula nafsu
Berontak ingin dirimu sekarat
Imajinasi di ajak melayang
Kitari lembah bimbang
Hanya mereka yang ber-hidayah
Takkan terjerat salah…
Popeye…
Merenung sesaat
Jiwa kembali sehat
Walau sebentar kemudian
Penyakitmu kembali kumat
Karena belum tersuntik kesungguhan taubat
BAYAM LATAHZAN
Popeyeku…
Jangan bersedih
Qodlo telah di tetapkan
Takdir pasti terjadi
Pena-pena telah mengering
Lembaran-lembaran catatan ketentuan
Telah dilipat
Semua perkara telah usai
Ditetapkan
Popeyeku…
Jangan bersedih
Kesedihan hentikan putaran roda zaman
Kesedihan mengikat matahari
Agar tak terbit
Kesediahan memutar balik jarum jam
Kesedihan adalah berjalan kebelakang
Kesedihan membawa air sungai
Kembali ke sumber semula…
Popeyeku…
Jangan bersedih
Kesedihan laksana angina puyuh
Kacaukan arah angin
Kesedihan membuat air bah dimana-mana
Kesedihan mengubah cuaca langit
Kesedihan menghancurkan bunga-bunga nan
Indah di taman
Popeyeku…
Jangan bersedih
Usiamu yang sebenarnya adalah kebahagiaan
Maka
Jangan habiskan dalam kesedihan
Jangan boroskan malam-malam mu
Dalam kecemasan
Jangan berikan menit-menitmu
Pada kegundahan…
Popeyeku…
Bukankah kau pelaut tangguh ?
Gigit bibirmu biar tak mengaduh
Tajamkan tatap biar tak mengeluh
Tegakkan kepala biar teguh
Popeyeku…
Di pundakmu segala beban
Di tanganmu segala kepercayaan
Di kakimu segala langkah tujuan
Popeyeku…
Cat saja bibir dengan lipstik
Jika sebentar-bentar
Bibir mencibir
Cat saja kuku-kuku
Jika sebentar-bentar
Takut dan hendak lari pengecut
Tak malukah dengan Dzakarmu
Jika sebentar-bentar resah
Hanya karena sesuatu yang semu
Popeyeku…
Bagaimana memimpin
Jika diri tak bisa kau pimpin
Tunjukan ototmu
Pamerkan otakmu
Bukankah sembilan akal
Telah besarkan angkuhmu ?
Popeyeku…
Tak ku sebut kau lelaki
Jika masih tak kenali diri
SANG NAHKODA
Popeye bersila
Terselip pipa dzikir di bibir
Para penumpang telah siap ikut
Kemana arah Sang Nakoda melaut…
Kapal popeye tinggalkan pantai
Arungi ombak
Hadapi badai
Cetak insan tuk jadi pandai
Setitik ilmu Tuhan di sebar
Otak di putar
Hati di asah tegar
Iman islam ihsan
Jadi acuan
Popeye si pelaut
Laut ilmu tak pernah surut
Hanya yang tak bernyali ciut
Takkan tinggalkan laut
Semakin dalam menyelam
Ternyata diri penuh kelam
Benarlah apa yang ter-Kalam
Andai setiap tetes air laut menjadi tinta
Ia akan habis
Sebelum ilmu Tuhan habis
Karena ia memang tiada habis
Popeye…
Mungkin satu cita telah tergapai
Tapi
Hakikat dari segala hakikat
Masih jauh dari tercapai
Popeye…
Kau telah jadi Nakoda
Pendidik para pelaut muda
Jangan lengah
Brutus nafsu
Brutus setan
Semakin gagah lincah
Jerumuskanmu ke jurang pongah
Jatuhkanmu ke ngarai salah
Popeye…
Cita-cita belum usai
Takkan usai sebelum usia usai
TUTUP USIA
Si pelaut itu telah renta
Telah hidup berhias cinta
Mulia oleh ilmu dan cita-cita
Penghormatan
Gelar penghargaan
Bungkukan cium tangan
Semua telah tampak semu
Lagi buat jemu
Popeye bosan
Hidup ini gudang kepalsuan
Dimanakah pintu kerinduan
Temui sang keabadian
Raga bernyawa berat dibawa
Wibawa tak layak temui sang jumawa
Kematian
Hanya itu kunci kehidupan
Kehidupan dalam keabadian
Popeye tengadah pasrah
Allah
Bukalah pintu yang kupinta
Izinkan aku masuk setelah kau barukan
Hatiku yang busuk
Kematian penuh kesakitan
Tak ingin kurasakan
Tak lama hari berselang
Di malam jumah berkah
Tengah malam diam
Si pelaut meregang nyawa
Melepas raga
Terbangkan jiwa
Di alam tak kasat
Ribuan malaikat
Iringi ruhnya berangkat
Menuju tempat berderajat
Disini…
Ribuan pelayat tersayat
Oleh kepiluan sangat
Kehilangan penuh penyesalan
Sungguh…
Hilang alim adalah bencana alam
Bumi hitam kelam
Saat mentari tenggelam
Dan mungkin
Kapal ini pun sebentar lagi karam
Hanya setan Brutuslah yang girang
Tak kepalang
Riang atas Bintang yang hilang
Allah…
Engkaulah yang menjemput nya
Pula Engkaulah
Yang kirimkan gantinya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar